Sebelumnya gw mau jelasin sedikit mengenai cerita kali ini. cerita ini gw buat untuk salah satu tugas bahasa indonesia yang mengharuskan membuat cerita baru yang memiliki latarbelakang pada masa kini dimana harus berpedoman pada hikayat hang tuah. ribet ya penjelasan gw T.T hahaaa ok silahkan disimak.... semoga membantu tugas kalian semua yang pada bingung.
PUTRA DEWA
Pada suatu hari terdapat keluarga
kecil yang tinggal di Desa Wijaya. Keluarga tersebut terdiri dari sepasang
suami istri yang bernama Pak Hasan dan Bu Yuni, mereka mempunyai anak yang
bernama Putra Dewa. Pada saat itu banyak orang yang bercerita mengenai Pak
Kadir yang merupakan Kepala Desa Socah yang terkenal dengan kebaikan hatinya
kapada warganya. Pak Hasan pun berencana pergi ke Desa Socah untuk mengubah
nasib keluarganya. Pada malam hari Pak Hasan bermimpi mengenai Putra Dewa yang
bersinar seperti bulan yang turun dari langit.
Keesokan harinya Pak Hasan
menceritakan mimpi itu kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar cerita
suaminya, Bu Yuni langsung memandikan dan mendoakan Putra Dewa untuk keselamatan
dengan dibantu pemuka agama yang ada di Desa Socah. Akibat dari mimpi Pak Hasan
tersebut, Putra Dewa selalu dijaga baik oleh kedua orang tuanya. Keesokan
harinya, Putra Dewa membantu sang Ayah untuk membelah kayu yang akan dijual di
pasar.
Suatu ketika terjadi pemberontakan
di area pasar. Banyak orang yang melarikan diri meninggalkan pasar. Tetapi
tidak dengan Putra Dewa, dia beranggapan bahwasanya pemberontak itu akan
gampang ditaklukkan oleh polisi setempat. Pada saat itu juga ternyata ada
seorang pemberontak yang menuju kearah Putra Dewa sambil menghunuskan kerisnya.
Putra Dewa tidak menyadari akan hal itu, tetapi Ibunya lah yang melihat
pemberontak itu. “Putra dewa... cepat lari ada pemberontak menuju kearahmu,” teriak
Bu Yuni. Putra Dewa mendengar apa yang dikatakan oleh Ibunya sehingga dia
bersiap memegang senjata yaitu kapak yang digunakan untuk membelah kayu. Disaat
pemberontak itu mendekat, lalu dia mencoba menikam Putra Dewa. Puta Dewa
menghindar dengan gesitnya lalu dia mengayunkan kapaknya ke kepala orang itu,
lalu terbelahlah kepala pemberontak tersebut. Saat peristiwa tersebut ada
seorang anak yang melihatnya, lalu tersebarlah berita itu kepada seluruh desa
tak kecuali empat sahabat putra dewa yang bernama Rudi, Imam, Dhani dan Fardan.
Keempat sahabatnya itu pun lari
menuju Putra Dewa dan menanyakan kebenaran berita yang telah mereka dengar.
Lalu Putra Dewa membenarkan berita yang telah tersebar luas itu. Pak Kadirpun
juga mendengar berita itu dan ingin bertemu dengan Putra Dewa untuk
berterimakasih. Basir yang merupakan anak buah Pak Kadir iri mendengar
keinginan kepala Desanya yang ingin memanggil Putra Dewa. Maka ia bersekongkol
dengan anak buah yang lain untuk memfitnah Putra Dewa di hadapan Pak
Kadir.
Saat Pak Kadir sedang duduk di
kantornya, tiba-tiba datanglah Basir dengan anak buah yang lain untuk
menyampaikan berita palsu. Putra Dewa tidak mau datang menemui Bapak, sahut
Basir. Putra Dewa berkata “jika ada yang perlu denganku maka orang itulah yang
harus datang mencariku”. “Putra Dewa telah menghina kebaikan Pak Kepala Desa”
jawab anak buah yang lain. Pak Kadirpun merasa terhina dan marah karena
kebaikannya telah dihina oleh warganya sendiri. “Beraninya dia berkata seperti
itu!, apakah dia tidak tahu siapakah aku?” kata Pak Kadir. “Bukan penghinaan
saja pak yang telah dilakukan oleh Putra Dewa tetapi dia juga mencoba mendekati
anak perempuan bapak yaitu Fitri, saya melihatnya dengan mata kepala saya
sendiri.” sahut Basir. Akhirnya Pak Kadir terbakar emosi dan menyuruh anak
buahnya untuk memberi pelajaran kepada Putra Dewa. Setelah kejadian itu Putra
Dewa tidak pernah terlihat lagi di Desa Socah, tetapi Putra Dewa belum
meninggal. Kabarnya dia pergi merantau keluar kota untuk menghindar dari anak
buah Pak Kadir.
*terinspirasi dari hikayat Hang
Tuah
No comments:
Post a Comment
Mohon Berkomentar dengan Bahasa yang Sopan. Kritik dan Saran Sangat diperlukan untuk Memajukan Blog ini terimakasih :D