KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala Rahmat, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan
tentang informasi mengenai cinta,
akhlak, dan amal saleh.
Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu
kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu pedoman dan juga berguna untuk
menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Bangkalan, 24
September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang...................................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah................................................................................................................. 1
1.3
Tujuan................................................................................................................................... 1
1.4
Manfaat................................................................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Cinta sebagai wujud iman dan akhlak.................................................................................. 3
2.1.1 Konsep
Cinta dalam Islam................................................................................................. 3
2.1.2 Cinta
Sebagai Sebuah Renungan dan Aksi Sufistik.......................................................... 4
2.1.3 Tanpa
Cinta Berarti Tiada Iman......................................................................................... 5
2.2 Akhlak................................................................................................................................... 6
2.2.1 Tindakan Akhlak................................................................................................................ 6
2.2.2 Ciri-Ciri
Perbuatan Akhlak................................................................................................ 7
2.2.3
Faktor-faktor yang Membentuk dan Mempengaruhi Akhlak............................................ 8
2.3 Amal saleh............................................................................................................................. 8
2.3.1 Pengertian Amal Saleh....................................................................................................... 8
2.3.2
Karakteristik dan Nilai Positif Amal Saleh........................................................................ 9
2.3.3
Membiasakan Amal Saleh................................................................................................ 10
BAB III. PENUTUP
3.1 Simpulan............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Zaman sekarang yang dikenal dengan
sebutan era globalisasi telah didominasi oleh pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan
teknologi. Keadaan ini telah membawa perubahan besar terhadap kehidupan
masyarakat dalam banyak segi. Perubahan itu mengusung kemajuan yang luar biasa,
sekaligus menimbulkan kegelisahan di kalangan orang banyak. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi telah menjadikan planet bumi serasa kian menyempit,
seakan-akan sekat antar wilayah dan antar bangsa tidak lagi menjadi penghalang
untuk melakukan komunikasi dan mengakses informasi yang begitu cepat. Manusia
zaman dahulu yang begitu gelap dan terbatas pengetahuannya tentang ruang
angkasa misalnya, kini mulai terkuak lebar dengan bantuan teknologi super
canggih yang diciptakannya sendiri.
Semuanya itu telah membawa perubahan
besar terhadap perilaku manusia yang menjadi wilayah kompetensi moral. Sekarang
banyak orang yang telah melupakan cinta mereka kepada Allah dan perilaku mereka
yang mulai kembali pada zaman dahulu yaitu zaman jahiliyah. Banyak perilaku
tercela yang telah manusia lakukan, amal saleh yang seharusnya mereka miliki
malah mulai sirna akibat perkembangan zaman. Dari permasalahan tersebut maka
kami selaku penulis ingin menjelaskan sekaligus mengajak para pembaca agar
lebih mendalami dan menerapkannya pada kegiatan sehari-hari ini tentang
bagaiman kita tidak terlena akan duniawi serta tetap mencintai allah dengan
segenap hati, berakhlak mulia dan tetap berperilaku baik.
1.2 Rumusan Masalah
①Bagaimanakah
cinta dijadikan sebagai wujud iman dan akhlak?
●
Adakah konsep cinta dalam islam?
●
Apakah yang dimaksud cinta sebagai sebuah renungan dan aksi sufistik?
●
Apakah yang dimaksud dengan jika tanpa cinta berarti tiada iman?
②
Apa dan bagaimana akhlak?
●
Bagaimanakah tindakan akhlak yang benar?
●
Bagaimanakah ciri-ciri perbuatan akhlak?
●
Apa sajakah faktor-faktor yang memperkuat dan memperlemah akhlak?
③
Apa dan bagaimanakah yang dimaksud dengan amal saleh?
1.2 Tujuan
① Membuktikan bahwa cinta dapat dijadikan sebagai
wujud iman dan akhlak
②
Menjelaskan mengenai akhlak
③
Menjelaskan mengenai amal saleh
1.3
Manfaat
① Dapat membuktikan bahwa cinta dapat dijadikan
sebagai wujud iman dan akhlak
②
Dapat menjelaskan mengenai akhlak
③ Dapat
menjelaskan mengenai amal saleh
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cinta Sebagai
Wujud Iman dan Akhlak
Salah
satu buah iman kepada allah adalah cinta hamba kepada tuhannya, menguasai
seluruh jiwanya. Cinta yang menuntut ketaatan dan kepatuhan yang purna untuk
melaksanankan perintah-perintah-Nya dan mengutamakan apa yang dicintai allah
daripada apa yang disenangi mereka. Cinta hamba kepada tuhannya akan bertambah
bila ia benar-benar menghayati kesempurnaan mutlak tuhan. Menyadari kebenaran
nikmat tuhan dan merasa selalu membutuhkan karunia-Nya. Manusia diciptakan
bertemperamen mencintai kesempurnaan karena allah semata, kesempurnaan mutlak.
Dan manusia bertabiat pula mencintai orang yang berbuat baik kepadanya. Hanya
allah sajalah pembuat baik dan pemberi nikmat karunia kepada manusia. Setiap
nikmat yang diterima manusia bersumber dari allah. Sebagai firman allah:
(surah An-nahl, ayat 53)
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا
مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
dan
apa saja nikmat yang ada pada kamu , Maka dari Alloh-lah , dan bila kamu
ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.
(surah ibrahim, ayat 34)
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا
نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
dan
Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika
kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.
Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
Manusia
diciptakan bertemperamen mencintai sesuatu yang dibutuhkan dan tidak mempu
melepaskan diri dari ketergantungan kepada-Nya. Di antara ciri seorang hamba
yang benar-benar mencintai Tuhannya, ialah wassalam; mengerjakan apa yang
didatangkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Diantara tanda-tanda
cinta kepada Allah ialah taat kepada-Nya, mengingat-Nya secara rahasia dan
terang-terangan, serta merasa nikmat beribadah kepadanya-Nya.[1]
2.1.1 Konsep
Cinta dalam Islam
Konsep cinta dalam islam memang tidak
semua orang lain dapat memahaminya dengan baik, tetapi kalau boleh jujur
islamlah sebenarnya yang memiliki konsep cinta sejati. Ungkapan tuhan yang maha
kasih sayang “bismillahirrahmanirrahim” menjadi pembuka setiap surat al-quran
(kecuali surat at-taubah). Nama-nama indah tuhan (asmaul husna) didominasi
dengan nama-nama kasih dan sayang tuhan sehingga nama-nama tuhan yang
berkonotasi kejam seperti al-malik hanyalah merupakan turunan dan bagian dari
kasih sayangnya. Penerapan cinta dan kasih dalam islam memang tidak seperti
agama-agama yang lain. Ketika orang tua (yang penuh kasih) menyentil anaknya
yang melakukan kesalahan, tindakan orang tua tersebut bukanlah didorong oleh
sifat kejamnya, melainkan karena cinta kasihnya, agar anak tersebut menjadi
tahu bahwa perbuatanyya itu adlah keliru. Jadi untuk mewujudkan cinta dan kasih
kadang-kadang diperlukan tindakan yang keras, tetapi dibalik itu semua ada
cinta dan kasih yang sangat besar.
2.1.2
Cinta Sebagai Sebuah Renungan dan Aksi Sufistik
Beribadah dan beramal saleh yang kita
kerjakan hendaklah dalam rangka cinta kepada allah, bukannya mengharap surga
atau takut neraka. Bila mengharap surga atau takut neraka berarti kita telah
terjerumus kedalam kemusyrikan, karena kita hanya mengejar makhluk tuhan
bukannya menuju tuhan yang abadi. Tingkatan cinta tertinggi tidak bisa kita
kejar dengan pengetahuan dan peribadatan biasa.
Tetapi kita harus yakin terhadap allah dengan menghilangkan sikap egois
dan cinta dunia.
Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta
cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba
syai'ankatsura dzikruhu) kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man
ahabba syai'an fa huwa `abduhu) Kata Nabi juga.
ciri dari
cintasejati ada tiga :
(1) lebih
suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain,
(2) lebih
suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan
(3) lebih
suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri.
Bagiorang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka berbicara
dengan Alloh Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan
Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada
perintah yang lain. Dalam Qur'an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini
penjelasannya:
1. Cinta
mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan"nggemesi".
Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah
dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan
hampir tak bisa berfikir lain.
2. Cinta
rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut,siap berkorban, dan
siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan
orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting
adalah kebahagiaan sangkekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat
memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk
dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertaliandarah, terutama cinta
orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dariitu maka dalam al Qur'an ,
kerabat disebut al arham, dzawi al arham ,yakni orang-orang yang memiliki
hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu,
disebut rahim (dari katarahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh
suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut
rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah
dianjurkan untuk selalu bersilaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung
tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah
sekaligus biasanya saling setia lahir batin dunia akhirat.
3. Cinta
mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot
seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta
jenis mail ini dalam al-Qur'an disebut dalam konteks orang poligami dimana
ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung
mengabaikan kepada yang lama.
4. Cinta
syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan.
Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qadsyaghafaha hubba) bisa seperti
orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al
Qur'an menggunakan syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha,
istri pembesar Mesirkepada bujangnya, Yusuf.
5. Cinta
ra'fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran,
misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat,
membelanya meskipun salah. Al Qur'an menyebut term ini ketika mengingatkan agar
janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam
hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).
6. Cinta
shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa
sanggup mengelak. Al Qur'an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi
Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon
dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir
juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa
akun min aljahilin (Q/12:33).
7. Cinta
syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur'an tetapi dari hadis yang menafsirkan
al Qur'an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu
berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian
diungkapkan dalam doa ma'tsurdari hadis riwayat Ahmad; wa as'aluka ladzzata an
nadzori ila wajhikawa as syauqa ila liqa'ika, aku mohon dapat merasakan
nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut
Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin waNuzhat al Musytaqin,
Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepadasang kekasih (safar al qalb ila al
mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta,
hurqat al mahabbah wa iltihab naruha fi qalb al muhibbi
8. Cinta
kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal
yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu,
membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al
Qur'an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai
dengan kemampuannya, layukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286).
2.1.3
Tanpa Cinta Berarti Tiada Iman
Cinta disebut-sebut nabi sebagai
ekspresi keimanan. Jadi, iman bukanlah sebuah keyakinan “nol”, melaikan suatu
keyakinan yang disertai cinta. Sedangkan tinggi rendahnya cinta dapat diukur
dari seberapa besar tinggi rendahnya pengorbanan. Para nabi justru
mengekspresikan keimanan mereka dalam bentuk cinta. Allah menghendaki
didatangkannya nabi itu untuk memberikan teladan dalam keimanan dan kecintaan.
Hadits-hadits yang mengungkapkan
cinta sebagai ekspresi keimanan cukup banyak diantaranya: “tidak beriman kamu
sebelum mencintai saudaramu seperti kamu mencintai dirimu sendiri. Tidak
beriman kamu bila kamu tidur kenyang sementara tetangga kelaparan disamping
kamu”. Hadits tersebut menunjukkan bahwa iman benar-benar akan bersemi jika
dalam hati seseorang itu ada cinta.
2.2 Akhlak
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari
kata khuluq, artinya tingkah laku, perangai, tabiat. Sedangkan menurut istilah,
akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan
langsung tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Pada dasarnya akhlak adalah sikap
yang melekat pada diri sendiri secara langsung diwujudkan dalam tingkah laku
dan perbuatan. Baik buruknya akhlak berdasarkan al qur’an dan sunnah rasul. rasul
bersabda yang diriwayatkan oleh HR. Ahmad “Aku hanya diutus untuk
menyempurnakan akhlak manusia”.[2]
Dari segi sifatnya, akhlak dikelompokkan menjadi dua,
yaitu pertama, akhlak yang baik, atau disebut juga akhlak mahmudah (terpuji)
atau akhlak al-karimah; dan kedua, akhlak yang buruk atau akhlak madzmumah.
A. Akhlak Mahmudah / Kharimah
“Akhlak
mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan seseorang.
Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang
terpuji pula”. Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta
kepada Allah, cinta kepada rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha
Allah, tawadhu’, taat dan patuh kepada Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat
Allah, bersabar atas segala musibah dan cobaan, ikhlas karena Allah, jujur,
menepati janji, qana’ah, khusyu dalam beribadah kepada Allah, mampu
mengendalikan diri, silaturrahim, menghargai orang lain, menghormati orang
lain, sopan santun, suka bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah, rajin
belajar dan bekerja, hidup bersih, menyayangi binatang, tasamuh atau toleransi,
amanah,ash-shidqu,mengendalikan nafsu dan menjaga kelestarian alam.
B. Akhlak Madzmumah
“Akhlak
madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang merusak
iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”. Sifat yang termasuk
akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan akhlak mahmudah,
antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki,
bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah,
qati’urrahim, ujub, mengadu domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari
lingkungan, dan merusak alam. Demikianlah antara lain macam-macam akhlak
mahmudah dan madzmumah. Akhlak mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri
dan orang lain, sedangkan akhlak madzmumah merugikan diri sendiri dan orang
lain. Allah berfirman dalam surat At-Tin ayat 4-6.Artinya: “Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami
kembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali yang
beriman dan beramal shalih, mereka mendapat pahala yang tidak ada putusnya.”
2.2.1 Tindakan
Akhlak
1.
akhlak kepada allah
a.
Beribadah kepada allah, yaitu melaksanakan perintah-nya untuk menyembah kepada
allah. Contoh ibadah shalat.
b.
Berdzikir kepada allah, yaitu mengingat allah dalam kondisi dan situasi apapun,
baik
dari ucapan maupun
hati.
c. Berdo’a kepada allah, yaitu memohon apa saja kepada allah.
c. Berdo’a kepada allah, yaitu memohon apa saja kepada allah.
d.
Tawakal kepada allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada allah dan menunggu hasil
dari pekerjaan.
e. Tawaduk kepada allah, yaitu merendahkan diri kepada allah
e. Tawaduk kepada allah, yaitu merendahkan diri kepada allah
2.
akhlak kepada manusia
a.Akhlak kepadadiri
sendiri
1.Sabar
adalah perilaku seseorang terhadap perilakunya dalam mengendalikan nafsu dan
menerima segala sesuatu yang menimpanya.
2.Syukur
adalah sikap berterimah kasih atas nikmat allah yang diungkapkan dalam bentuk
ucapan dan perbuatan.
b.Akhlak
kepada Ibu Bapak
akhlak
kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan
perbuatan.
Bentuk-bentuk perbuatan antara lain:
Bentuk-bentuk perbuatan antara lain:
-
menyayangi dan mencintai ibu dan bapak , menaati perintah, meringankan beban,
menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
c.Akhlak
kepada keluarga
akhlak
kepada keluarga adalah mengembangkan kasih sayang diantara anggota keluarga
yang diungkapkan dalam bentuk perhatian melalui kata-kata, isyarat-isyarat
maupun perilaku.
d.Akhlak
kepada lingkungan hidup
adalah
menjalin dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitar dengan
cara mengelola sumber daya yang baik tanpa merugiakan alam tersebut.
3.Tawaduk
yaitu sikap rendah hati dan selalu mengahargai siapa saja tanpa membeda bedakan
yang lahir dari kesadaran diri manusia.
2.2.2 Ciri-Ciri
Perbuatan Akhlak
-
akhlak merupakan suatu tindakan yang baik : segala tindakan yang didasarkan
atas perintah dan larangan islam adalah baik.
-
akhlak merupakan suatu tindakan ikhtiari
yang patut dipuji: tindakan ikhtiari merupakan suatu tindakan yang
digerakkan oleh usaha keras dan harus dibedakan dengan tindakan alami. Contohnya:
menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain, menghindari suap KKN ketika
ada peluang dan kesempatan.
-
akhlak merupakan buah dari keimanan: perumpamaan iman dan akhlak dapat
diibaratkan sebuah pohon dengan buahnya. Jadi, tidak mungkin ada buah kalau
tidak ada pohonnya. Tidak mungkin muncul tindakan akhlaki kalu tidak ada
keimanan.
-
akhlak bersifat fithri : akhlak merupakan salah satu komponen islam yang
ditanam dalam setiap hati manusia.
-
akhlak bersifat ta’abbudi: seseorang melakukan tindakan akhlak karena didorong
oleh kesadaran akan keimanannya yang tinggi atau oleh fithrahnya yang kuat.
-
akhlak merupakan moral dan etika universal: akhlak merupakan petunjuk bagi
setiap seluruh umat manusia.
-
pelanggaran terhadap akhlak akan dikutuk masyarakat
-
pelanggaran terhadap akahlak akan dikutuk hati nurani
2.2.3 Faktor-faktor yang Membentuk dan Mempengaruhi Akhlak
Banyak
sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak antara lain adalah:
1. Insting (Naluri)
Aneka corak
refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori
oleh Insting seseorang (dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat
yang dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting
berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku
antara lain adalah:
a. Naluri
Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa
didorang oleh orang lain.
b. Naluri
Berjodoh (seksul instinct).
c. Naluri
Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan
sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
d. Naluri
Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari
gangguan dan tantangan.
e. Naluri
Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Naluri
manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu
dipelajrari terlebih dahulu.
2. Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan
adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar
Zikir berpendapat: perbuatan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang
sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan.
3. Wirotsah (keturunan)
Warisan
adalah: Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang
(anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi
orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu
sifat orang tuanya.
4. Milieu
Artinya
suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan
manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan
masyarakat. milieu ada 2 macam:
1)
Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi
manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku
seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang
dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui
yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi
melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati
lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang
berlaku.
2) Lingkungan
pergaulan
Manusia
hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus
bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam
fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula
mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan
terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru di sekolah.
2.3 Amal saleh
2.3.1 Pengertian
Amal Saleh
Kata
amal shaleh di dalam Al – Qur’an disebut kan berulang kali, dan hampir di
pastikan selalu beriringan dengan kata iman. Itu menunjuk kan karna hanya orang
– orang yang beriman lah yang mampu mampu melaksana kan amal yang shaleh. Lebih
dari 400 tempat dalam Al – Qur’an di temui kata – kata mengenai amal, dan
sebagian besar beriringan dengan kata As-salihah, yang
berarti kebaikan – kebaikan. Banyak nya perkataan tersebut
menunjuk kan tentang penting nya makna yang terkandung dalam
perkataan amal.
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, amal di artikan sebagai perbuatan (baik atau
buruk) perbuatan baik mendatang kan pahala, suatu yang di tuju kan untuk
mendatang kan kebaikan terhadap masyarakat atausesame manusia. Sedang kan
secara istilah, amal saleh berarti perbuatan sungguh – sungguh dalam menjalan
kan ibadah atau pun menunai kan kewajiban agama yang di lakukan dalam bentuk
berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau sesame manusia. Di lihat
dari sudut syariah, amal merupa kan unsur yang pokok. Dalam Al – Qur’an banyak
dijumpai perkataan amal dengan berbagai bentuk nya, seperti
: ‘amila, ‘amala, ta’malun,ya’malun, ‘amilun, ‘amalus salihat, dan
‘amalus sayyi’at.
2.3.2
Karakteristik dan Nilai Positif Amal Saleh
Secara
umum pengelompokan amal terbagi dua, yaitu amal saleh (amal yang baik)
dan ‘amalus sayyi’ah (amal yang buruk). Amal saleh ialah segala
perbuatan kebajikan yang mendatang kan manfaat untuk diri sendiri, keluarga,
bangsa, dan manusia seluruh nya. Baik berupa perbuatan, perkataan , maupun
sikap. Bahkan tidak melakukan perbuatan yang di larang Allah itu pun termasuk
Amal saleh. Al – Qur’an banyak menerang kan tentang manfaat atau nilai positif
dari amal saleh, baik di dunia maupun di akhirat, antara lain :
a. Senantiasa
mendapat keberuntungan
Surah Al – Qasas (28) ayat 67
فامامن تاب وامن و عمل صا لحا فعسى
ان يكون من
المفلحين ( القصص : ٦٧ )
Artinya
: Maka ada pun orang yang bertobat dan beriman, serta mengerjakan amal
kebajikan, maka mudah – mudahan dia termasuk orang yang beruntung. (
QS. Al – Qasas : 67 )
b. Akan
mendapat rahmat dancinta
Sebagai mana di firman
kan Allah SWT. Dalam surah Al-Jaisiyah (45) ayat 30 sebagai berikut :
ڧاماالذين امنواوعملواالصلحت فيدخلهم
ربهم في رحمتهٖ ذلك هوالفوڒالمبين (الجا ثيه : ٣٠)
Artinya
: Maka adapun orang – orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka tuhan
memasuk kan mereka ke dalam rahmat nya (surga). Demikian itu lah kemenangan
yang nyata. (QS. Al-Jaisiyah/45:30)
c. Memperoleh
rezeki yang baik
Firman Allah dalam surah Al-Hajj (22) ayat 50
فا الذين أمنواوعملواالصلحت لهم
مغڧرةورڒق ڪريم (الحج:٥٠)
Artinya
: Maka orang – orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereke memperoleh
ampunan dan rezeki dari yang mulia (QS. Al-Hajj/22 :50)
d. Memperoleh
keadilan
Sebagaimana surah Yunus (10) ayat 4 mengisah kan
اليه مرجعڪم جميعا وعدالله
حق انه يبدؤاالخلق ثم يعده ليجڒي الذين امنواوعملواالصلحت بالقسط والذين
كفروالهم شراب من حميم وعذاب اليم بما كنوايكفرون (يونس:٤)
Artinya
: Hanya kepada-Nya kamu semua akan kembali. Itu merupa kan janji Allah yang
benar dan pasti. Sesungguh nya dial ah yang memulai penciptaan makhluk kemudian
mengulangi nya (menghidupkan nya kembali sesudah berbangkit), agar dia memberi
balasan kepada orang – orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dengan
adil. Sedang kan untuk orang – orang kafir (di sediakan) minuman air yang
mendidih dan siksaan yang pedih karna kekafiran mereka.
e. Memperoleh
ampunan Allah
Firman Allah dalam surah Fatir (35) ayat 7
الذين كفروالهم عذاب شديدوالذين
امنواوعملواالصلحت لهم مغفرةوأجركبير(فاطر:٧)
Artinya : orang – orang
yang kafir mereka akan mendapat azab yang sangat keras. Dan orang – orang yang
beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang
besar. (QS. Fatir/35:7)
2.3.3
Membiasakan Amal Saleh
Beramal
saleh merupakan kewajiban bagi setiap manusia, baik sebagai pribadi yang
mencermin kan diri sendiri, maupun selaku umat, kaum dan bangsa.
Karena sesungguh nya amal perbuatan seseorang sangat menentukan status nya
secara pribadi, kaum, dan bangsa.
Mengerjakan
amal saleh hendak nya tidak di sertai pamrih karena ada sesuatu di balik amalan
nya. Mengerjakan amal saleh harus di sertai niatan yang ikhlas, bukan karena
mengharap kan pujian, keuntungan, jabatan, dan lain – lain. Karena sesungguh
nya yang di nilai oleh Allah pada amalan seseorang adalah niat dan tujuan nya,
sebagai mana di ingat kan allah dalam surah al – mu’minun (23) ayat 40.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
·
Iman bukanlah sebuah keyakinan “nol”,
melaikan suatu keyakinan yang disertai cinta
·
Beribadah dan beramal saleh yang kita
kerjakan hendaklah dalam rangka cinta kepada allah, bukannya mengharap surga
atau takut neraka.
·
Akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi.
·
Karakteristik akhlak Islam adalah perbuatan yang
dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang
didasarkan pada ajaran Islam.
·
Proses terbentuknya akhlak meliputi, reinforcement
(penguatan yang diberikan terhadap perilaku manusia, dan adanya peran
hereditas, fitrah manusia dan lingkungan dalam terbentuknya akhlak.
·
Akhlak manusia di bagi menjadi dua, yaitu Akhlak
Mahmudah dan Akhlak Madzmumah. Akhlak Mahmudah adalah akhlak yang terpuji.
Sedangkan, Akhlak Madzmumah adalah akhlak yang tercela.
·
Terdapat lima faktor yang membentuk dan yang
mempengaruhi akhlaq manusuia, yaitu insting (naluri), adat atau kebiasaan,
wirotsah (keturunan), dan milieu.
·
Secara istilah amal saleh berarti
perbuatan sungguh – sungguh dalam menjalankan ibadah ataupun
menunai kan kewajiban agama yang di lakukan dalam bentuk berbuat kebaikan
terhadap masyarakat atau sesama manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu,
Drs., H., dkk. 1991. MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta : Bumi Aksara.
Anonim.
2010. Akhlaq. http://ainurrasyidaira.blogspot.com/.
Diakses pada tanggal 10 september 2014, pukul 11.00 wib
______. 2011.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak.
http://www.berryhs.com/. Diakses pada tanggal 10 september 2014, pukul 11.00
wib
______. 2010.
Pengertian akhlak. http://sobatbaru.blogspot.com/.
Diakses pada tanggal 10 september 2014, pukul 11.00 wib
Azra,
Azyunardi, prof., Dr., dkk. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada
Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam.
Dr. Muhammad Abdul Qadir Ahmad.
2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta:
Rineka cipta.
Prof.
Dr. Azyumardi Azra. 2002. Buku Teks
Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Departemen
Agama RI.
No comments:
Post a Comment
Mohon Berkomentar dengan Bahasa yang Sopan. Kritik dan Saran Sangat diperlukan untuk Memajukan Blog ini terimakasih :D