KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada kami
semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah agama ini dengan baik.
Penulisan makalah yang bersifat
sederhana ini, dibuat berdasarkan
tugas kelompok
yang di berikan oleh guru
pembimbing
kami yaitu Ibu Susilowati, S.Ag dalam materi yang berjudul Akhlak Tercela.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami
semua dapat menyusun, menyesuaikan, serta dapat menyelesaikan sebuah makalah
ini. Di samping itu, kami mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yan
telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan pembuatan sebuah makalah ini, baik dalam bentuk moril maupun
dalam bentuk materi sehinggadapat terlaksana denan baik.
Kami, sangat
menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini memang masih banyak kekurangan
serta amat jauh dari kata kesempurnaan.
Namun, kami semua telah berusaha semaksimal mungkin dalam membuat sebuah
makalah ini. Di samping itu, kami sangatt mengharapkan
kritik serta saran nya dari semua teman-teman demi tercapainya kesempurnaan yang di harapkan dimasa
akan datang.
Bangkalan, 25 Oktober 2013
Penulis,
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………….……………. i
Daftar Isi …………………………………………….………………………………….. ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………………..……………………… 1
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………………………. 2
1.3. Tujuan Masalah ……………………………………………………….…………… 2
1.4. Manfaat Masalah ……………………………………………………………. …… 2
BAB II. PEMBAHASAN
3.1. Buruk Sangka …………………………………………………..…………………… 3
3.2. Gibah …………………………………………………….…………………………. 5
3.3. Larangan Berbuat Boros……………………………………………………………. 7
3.4. Hasad……………………………………………………………………………….. 11
3.5. Namimah …………………………………………………………………………… 12
BAB III. PENUTUP
4.1. Simpulan ………………………………………………………………………….. 14
4.2. Saran …………………………………………………….…………………………
14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….………………………… 15
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perilaku
Tercela adalah perbuatan yang tidak Diridhoi oleh Allah. Seorang Menganiaya
berarti menyiksa, menyakiti dan berbagai bentuk ketidakadilan seperti menindas,
mengambil hak orang lain dengan paksa dan lain-lainnya. Aniaya termasuk
perbuatan tercela yang dibenci Allah SWT bahkan sesama manusia. Berbuat Aniaya
berarti berbuat dosa. Oleh karena itu, aniaya akan mendatangkan akibat-akibat
buruk yang akan diterima oleh pelakunya. Dewasa ini banyak sekali perilaku
aniaya bahkan telah menjadi trend dikalangan orang yang memiliki kedudukan
tinggi. Mereka selalu menilai seseorang dan memperlakukan seseorang sesuai
dengan status sosialnya. Bila seorang pejabat telah menilai seseorang itu jauh
lebih rendah dari status sosial yang di jabatnya, bukan tidak mungkin ia akan
berbuat seenaknya sendiri. Sungguh moral manusia sudah sangat rusak akibat
perilaku tercela tersebut.
Disisi
lain, Al-Qur’an juga mengemukakan dan memberi peringatan tentang akhlak-akhlak
buruk atau tercela yang dapat merusak iman seseorang dan pada akhirnya akan
merusak dirinya serta kehidupan masyarakat. Akhlak buruk itulah yang
disampaikan oleh rasulullah yang ditunjukkan oleh kaum Quraisy dahulu untuk
memojokkan kebenaran yang disampaikan rasulullah sebagaimana yang dilakukan
oleh tokoh-tokoh Quraisy seperti Abu jalal, Walid bin mugirah, Akhnas bin syariq,
Aswad bin abdi Yaquts. Oleh karena itu, iman merupakan suatu pengakuan terhadap
kebenaran dan harus dipelihara serta di tingkat kan kualitas nya melalui sikap
dan perilaku terpuji.
Sifat
terpuji dan tercela yang tertanam dalam diri manusia selalu berdampingan dan
terlihat dalam perilaku sehari-hari. Apabila perilaku seseorang menampilkan
kebaikan, maka terpujilah sikap orang tersebut. Sebaliknya, apabila perilaku
seseorang menmpilkan kebaikan atau kejahatan, maka tercelalah sikap orang
tersebut. Sifat tercela sangat dilarang oleh Allah SWT dan harus dihindari
dalam pergaulan sehari-hari karena akan merugikan diri sendiri maupun orang
lain.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.
Jelaskan pengertian
dari sifat Ghibah?
1.2.2.
Jelaskan pengertian
dari Prasangka Buruk?
1.2.3.
Jelaskan pengertian
dari sifat Hasad?
1.2.4.
Jelaskan pengertian
dari sifat Boros?
1.2.5.
Jelaskan pengertian
dari sifat Namimah?
1.3. Tujuan Masalah
1.3.1.
Untuk mengetahui
pengertian dari sifat gibah.
1.3.2.
Untukl mengetahui
pengertian dari berprasangka buruk.
1.3.3.
Untuk mengetahui
pengertian dari sifat hasad.
1.3.4.
Untukn mengetahui
pengertian dari berperilaku boros.
1.3.5.
Untuk mengetahui
pengertian dari sifat namimah.
1.4. Manfaat Masalah
1.4.1.
Agar kita dapat
mengetahui bagaimana sifat ghibah.
1.4.2.
Agar kita mengetahui
bagaimana prilaku buruk.
1.4.3.
Agar kita mengetahui
bagaimana sifat hasad.
1.4.4.
Agar kita mengetahui
bagaimana sifat boros.
1.4.5.
Agar kita mengetahui
bagaikmana penjelasan namimah.
BAB
II
PEMBAHASAN
Didalam kehidupan ini banyak sekali kita menjumpai perilaku
tercela namun kita akan membahas sebagian dari perilaku tercela tersebut yaitu
sebagai berikut :
2.1
Buruk Sangka
Buruk sangka adalah menyangka
seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa adanya sebab-sebab yang
jelas yang memperkuat sangkanya. Dan perbuatan itu dapat membuat pelakunya
mendapat dosa dari Allah SWT. Dan dapat membuat hati seseorang kotor dan itu
sangat di sayangkan karna pusat kegiatan seorang ada di hati,jika hati seseorang
bersih dari noda dan dosa maka seluruh anggota tubuhnya akan bersih pula namun
jika hatinya kotor maka tubuhnya akan ikut ter kotori karna hati itu yang
menyebarkan darah yang mengalir dari jantung ke setiap sendi-sendi dalam tubuh
manusia dan bayangkan jika darah itu telah terkotori dengan dosa dan noda.
Dalam hadis kudsi bahwasanya dari
Abu Dzar Al-Ghifari ra.Rasulullah bersabda tentang apa yang beliau riwayatkan
dari rabb-nya ‘Azza wa Jalla, sesungguhnya Dia berfirman,
“Wahai
hamba-ku, sesungguhnya aku telah mengharamkan kezaliman itu haram di antara
kamu. Oleh karna itu, janganlah kamu saling Menzalimi.(H.R Muslim)[1][4].
Buruk
sangka itu termasuk perbuatan zalim karna kita telah memberikan perasangka
tidak baik pada sesuatu padahal sesuatu/seseorang
itu belum tentu buruk karena yang pantas mengadili sesuatu baik atau buruknya
hanya-lah Allah semata karena kita manusia sangat banyak kekurangan dalam
segala hal dan bagaimana kita mengatakan sesuatu itu buruk sedangkan kita
sendiri tidak tahu apakah kita sudah termasuk orang yang terbebas dari dosa dan
noda serta keburukan dalam hati kita serta hidup kita dalam sehari-hari. Dan
Allah juga telah berfirman dalam Al-Qur’an yang berbunyi :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا
كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا
يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ
مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu
dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang”. (Q.S Al-Hujurat :12)
Apalagi
kalau kita berperasangka buruk pada masalah-masalah Aqidah yang harus di yakini
apa adanya. Buruk sangka dalam hal ini adalah haram seperti yang telah Allah
gambarkan dalam Al-Qur’an surah Al-hujurat di atas bahwasanya Allah sangat
melarang hal demikian karna dapat menjerumuskan kita pada perbuatan dosa dan
perbuatan dosa itu akan di mintai pertanggung jawaban di akhirat kelak oleh
Allah dan sebaiknya kita berperasangka terhadap masalah-masalah kehidupan agar
memiliki semangat untuk menyelidikinya, dan perkara seperti ini di bolehkan
karna dapat membawa seseorang pada sesuatu yang bermanfaat bagi hidupnya dan
orang lain untuk sumber ilmu yang baru.
Rasulullah SAW bersabda :
"Hindarilah prasangka, karena prasangka itu berita yang paling bohong."
(HR. Muslim).
"Hindarilah prasangka, karena prasangka itu berita yang paling bohong."
(HR. Muslim).
2.2
Gibah
Secara
bahasa, gibah (menggunjing) adalah menceritakan keburukan (keaiban) orang lain.
Secara istilah berarti membicarakan kejelakan dan kekurangan orang lain dengan
maksud mencari kesalahan-kesalahannya, baik jasmani, agama, kekayaan, akhlak
ataupun bentuk lahiriyahnya. Gibah tidak terbatas melalui lisan saja, namun
bisa terjadi dengan tulisan atau gerakan tubuh. Apabila hal itu
berhubungan dengan agama seseorang, ia
akan mengatakan bahwa ia pembohong, fasik, munafik, dan lain-lain. Dalam hadist dikatakan :
وَعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ ر.ض. أَنَّ رَسُوْلَ
اللهِ ص.م. قَالَ: أَتَدْرُوْنَ بِالْغِيْبَةِ؟ قَالُوْا: اللهُ وَرَسُوْلُهُ
أَعْلَمُ، قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يُكْرَهُ، قِيْلَ أَفَرَأَيْتَ اِنْ
كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُوْلُ؟ قَالَ: اِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدِ
اغْتَبْتَهُ، وَاِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَهُ، (رواه مسلم
Artinya : “Abu Hurairah r.a berkata Rasulullah
SAW bersabda: ”Tahukah kamu apakah gibah itu?”Para sahabat menjawab: “Allah dan
Rasulnya lebih mengetahui”. Lalu Nabi bersabda: menyebut saudaranya dengan apa
yang tidak disukainya. Lalu Rasul ditanya: “Bagaimanakah pendapat engkau kalau
itu memang (kejadian) sebenarnya dan apa adanya?” Nabi menjawab: “Walaupun yang
kamu katakan itu benar begitu, itulah disebut Gibah. Akan tetapi jikalau
menyebut apa-apa yang tidak sebenarnya, berarti kita telah menuduhnya dengan
kebohongan atau fitnah”. (H.R. Muslim).
Dari
hadis diatas dapat kita ambil hikmah bahwasanya kita dilarang menceritakan
kejelekan saudara kita walaupun dibelakangnya, sekalipun sesuatu itu
benar-benar terjadi, sedangkan ia tidak menyukai jika ia mendengar apa yang
kita katakan kepada saudara kita yang lain dan dapat juga mencemarkan nama baik
saudara kita dalam bermasyarakat. Allah SWT menggambarkan bahwa seseorang yang
menggunjing itusama dengan memakan daging bangkai yang tentunya sangat
menjijikkan.
Apabila
kita mendengar seseorang yang melakukan gibah atau membicarakan hal-hal yang
kotor lainya tentang seseorang maka kita hendaklah menghindar karena kita dapat
resiko yaitu mendapat dosa dari Allah karena kita membiarkan suatu kemungkaran
dan tanpa mencegahnya bahkan kita ikut bergabung dalam perbuatan mungkar
tersebut. Seperti Firman Allah SWT (QS al Qhasshas ayat 55)
Islam melarang perbuatan ghibah
tersebut dengan maksud untuk menjaga keimanan serta menjaga dari perbuatan
maksiat kepada Allah SWT, karena sesungguhnya sesama muslim dilarang membuka
aib
Tidak semua jenis gibah dilarang
dalam agama. Ada beberapa jenis gibah yang diperbolehkan dengan maksud untuk
mencapai tujuan yang benar dan tidak mungkin tercapai kecuali dengan gibah.
Gibah yang diperbolehkan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Melaporkan perbuatan aniaya yang
dilakukan oleh seseorang.
b. Usaha untuk mengubah kemungkaran dan
membantu sesorang keluar dari perbuatan maksiat.
c. Gibah untuk tujuan meminta nasihat.
d. Gibah untuk memperingatkan pada kaum
muslim tentang suatu fatwa.
e. Memberi penjelasan dengan suatu
sebutan yang terkenal pada diri seseorang meskipun itu sesuatu yang buruk,
seperti si bisu, si pincang dan lain-lain.
Contoh
perilaku gibah antara lain :
a. Membicarakan kburukan orang lain
melaui lisan, seperti antartetangga yang satu dengan yang lainnya.
b. Membicarkan keburukan orang lain
melalui bahasa isyarat.
c. Membicarakan keburukan orang lain melalui
gerakan tubuh dengan maksud mengolok-ngolok.
d. Membicarkan keburukan orang lain
melalui media massa tanpa ada maksud untuk kebaikan.
Karena gibah termasuk dosa dan
sering membawa kepada permusuhan, maka hindarilah kebiasaan bergibah. Berikut
ini di antara cara supaya terhindar dari perilaku gibah:
a. Selau mengingat bahwa perbuatan
gibah adalah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah SWT.
b. Selalu mengingat bahwasanya
timbangan kebaikan gibah akan pindah kepada orang yang digunjingnya.
c. Hendaknya orang yang melakukan gibah
mengingat terlebih dahulu aib dirinya sendiri dan segera berusaha memperbaikinya.
d. Menjauhi factor-faktor yang
menimbulkan terjadinya gibah.
e. Senantiasa mengingatkan orang-orang
yang melakukan gibah.
Adapun cara taubat bagi orang yang melakukan gibah, yakni sebagai berikut :
a. Menarik kembali kabar bohong yang
dia sampaikan dahulu.
b. Meminta maaf atau meminta untuk di
halalkan kepada yang di fitnah.
c. Meminta ampun pada Allah atas perbuatanya
(melakukan gibah).
Adapun
pengaruh negatif yang ditimbulkan dari perilaku ghibah antara lain:
a.
Menimbulkan
fitnah
b.
Menyebabkan
perpecahan dan permusuhan
c.
Merusak
nama baik pada diri sendiri dan orang lain
d.
Dapat
merusak keimanan
2.3
Larangan Berbuat Boros (Konsumtif)
Boros adalah Perbuatan boros
adalah gaya hidup gemar berlebih-lebihan dalam menggunakan harta, uang maupun
sumber daya yang ada demi kesenangan saja. Dengan terbiasa berbuat boros
seseorang bisa menjadi buta terhadap orang-orang membutuhkan di
sekitarnya,sulit membedakan antara yang halal dan yang haram,mana boleh mana
tidak boleh dilakukan, dan lain sebagainya. Alloh SWT menyuruh kita untuk hidup
sederhana dan hemat, karena jika semua orang menjadi boros maka suatu bangsa
bisa rusak/hancur. Menurut para sahabat pengertian sikap boros dalam pandangan
islam :
Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan,
“Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu bukan pada jalan yang benar.”
Mujahid mengatakan, “Seandainya seseorang
menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan yang benar, itu bukanlah tabdzir
(pemborosan). Namun jika seseorang menginfakkan satu mud saja (ukuran telapak
tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang dinamakan tabdzir (pemborosan).”
Qotadah mengatakan, “Yang namanya tabdzir
(pemborosan) adalah mengeluarkan nafkah dalam berbuat maksiat pada Allah, pada
jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat kerusakan.” (Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim, 8: 474-475).
Ibnul Jauzi berkata bahwa yang dimaksud boros
ada dua pendapat di kalangan para ulama:
- Boros
berarti menginfakkan harta bukan pada jalan yang benar. Ini dapat kita
lihat dalam perkataan para pakar tafsir yang telah disebutkan di atas.
- Boros
berarti penyalahgunaan dan bentuk membuang-buang harta. Abu ‘Ubaidah
berkata, “Mubazzir (orang yang boros) adalah orang yang menyalahgunakan,
merusak dan menghambur-hamburkan harta.” (Zaadul Masiir, 5: 27-28)
Dalam hadist Rasulullah saw
bersabda :
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ ر.ض. قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص.م.: إِنَّ اللهَ تَعَالَى
يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثاً، وَيُكْرِهُ لَكُمْ ثَلاَثاً، فَيَرْضَى لَكُمْ اَنْ تَعْبُدُوْهُ
وَلاَ تُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئاً، وَاَنْ تَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعاً
وَلاَ تَفَرَّقُوْا، وَيُكْرِهُ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ وَكَثْرَةُ السُّؤَالِ
وَاِضَاعَةُ الْمَالِ.( رواه مسلم).
Artinya : “Abu Hurairah r.a berkata
bahwa Rasulullah SAW.bersabda”sesungguhnya Allah SWT.menyukai tiga macam
yaitu,kalau kamu menyembah kepadan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun.Dan supaya kamu berpegang teguh dengan ikatan Allah,dan
janganlah bercerai-berai.Dan Dia membenci bila kamu banyak bicara dan banyak
bertanya dan memboroskan harta.” (H.R Muslim).
Dari
hadist di atas mengandung enam hal ; tiga hal yang Allah sukai dan tiga hal
yang Allah di benci-Nya,yaitu :
1. Allah suka bila hamba-Nya menyembah
padan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
2. Allah suka kalau hamba-Nya berpegang teguh
dengan ikatan Allah;
3. Allah suka kalau hamban-Nya tidak bercerai-berai
4. Allah membenci hamba-Nya yang banyak bicara
5. Allah membenci hamba-Nya yang banyak bertanya sesuatu
tidak berguna.
6. Allah
membenci hamba-Nya yang memboros kan harta.
Dari
isi kandungan hadis di atas kita akan kita fokuskan pada poin enam yakni sesuai dengan pembahasan dalam topik
yang akan kita bahas tentang pemborosan harta atau lajimnya di sebut konsumtif
karna pembahasan tentang pemborosan ini sangat penting kita kaji karna dari
dulu sampai sekarang sikap pemborosan tidak pernah terlepas dalam kehidupan
manusia yang bermasyarkat karna kecenderungan manusia ingin memiliki sesuatu
walaupun kadang sesuatu itu tidak bermanfaat baginya dan melebihi kebutuhan
yang ia butuhkan,
Disamping
mencela sikap kikir,Islam juga mencela orang yang suka memboroskan hartanya
terhadap hal-hal yang tidak berguna bagi
dirinya serta keluarganya karna dalam islam kita di anjurkan untuk senatiasan
membagikan harta kita kepada orang lain yang membutuhkan harta yang miliki
karna tidak semua manusia mendapat keberuntungan seperti manusia lainya, jadi
manusia yang memiliki harta yang lebih seharusnya membagikan kepada saudaranya
karna dalam Islam kita di ajarkan untuk saling melengkapi dan saling memberi
sehingga adanya perintah di wajibkanya jakat bagi orang-orang yang memiliki
harta yang sampai pada batas nisaf
sesuai yang telah di tentukan.
Dalam
kitab Al-Qur’an telah di sebutkan larangan tentang bersikap boros :
وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ
السَّبِيلِ وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
Artinya : “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang
dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya”. (QS. Al-Isra’ : 26-27)
يَا
بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا
تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Artinya : “Hai anak Adam, pakailah
pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan”. (QS: Al-A'raf Ayat: 31)
Allah
sangat melarang perbuatan pemborosan yang dapat merugikan diri sendiri secara
moral dan merugikan saudara semuslim yang membutuhkan harta dari muslim lainnya
yang memiliki harta yang berlebih dan mampu untuk ia lebih ia bagikan, namun
dia lebih suka membelanjakan hal-hal yang tidak ada manfaatnya.
Beberapa Contoh
Sifat Boros dalam Kehidupan Sehari-Hari :
1. Gemar beli produk yang mahal-mahal karena gengsi
2. Suka belanja dengan kartu kredit tanpa melihat daya beli
3. Boros dalam mengunakan air bersih dan air minum
4. Pengeluaran lebih besar dari penghasilan (kecuali penghasilan rendah)
5. Suka menyisakan dan membuang-buang makanan
6. Senang membeli barang yang tidak perlu
7. Boros listrik, air, pulsa telepon, bensin, gas, dan lain-lain
8. Memiliki hobi yang mahal biayanya
1. Gemar beli produk yang mahal-mahal karena gengsi
2. Suka belanja dengan kartu kredit tanpa melihat daya beli
3. Boros dalam mengunakan air bersih dan air minum
4. Pengeluaran lebih besar dari penghasilan (kecuali penghasilan rendah)
5. Suka menyisakan dan membuang-buang makanan
6. Senang membeli barang yang tidak perlu
7. Boros listrik, air, pulsa telepon, bensin, gas, dan lain-lain
8. Memiliki hobi yang mahal biayanya
Beberapa
Efek/Dampak Buruk Perilaku/Gaya Hidup Boros :
1. Uang yang dimiliki cepat habis karena biaya hidup yang tinggi
2. Menjadi budak hobi (nafsu) yang bisa menghalalkan uang haram
3. Malas membantu yang membutuhkan & beramal shaleh
4. Selalu sibuk mencari harta untuk memenuhi kebutuhan
5. Menimbulkan sifat kikir, iri, dengki, suka pamer, dsb
6. Anggota keluarga terbiasa hidup mewah tidak mau jadi orang sederhana
7. Bisa stres atau gila jika hartanya habis
8. Bisa terlilit hutang besar yang sulit dilunasi
9. Sumber daya alam yang ada menjadi habis
10. Tidak punya tabungan untuk saat krisis
1. Uang yang dimiliki cepat habis karena biaya hidup yang tinggi
2. Menjadi budak hobi (nafsu) yang bisa menghalalkan uang haram
3. Malas membantu yang membutuhkan & beramal shaleh
4. Selalu sibuk mencari harta untuk memenuhi kebutuhan
5. Menimbulkan sifat kikir, iri, dengki, suka pamer, dsb
6. Anggota keluarga terbiasa hidup mewah tidak mau jadi orang sederhana
7. Bisa stres atau gila jika hartanya habis
8. Bisa terlilit hutang besar yang sulit dilunasi
9. Sumber daya alam yang ada menjadi habis
10. Tidak punya tabungan untuk saat krisis
Oleh sebab itu mari kita hindari sifat boros dalam hidup
kita agar kita bisa hidup bahagia tanpa harta yang banyak bersama seluruh
anggota keluarga kita. Ada peribahasa hemat pangkal kaya, sehingga dengan
menjadi orang yang bergaya hidup sederhana walaupun kaya raya maka hartanya
akan berkah dan terus bertambahdari waktu ke waktu.
2.4 Hasad (Dengki)
Hasad (dengki)
secara bahasa berarti menaruh perasaan benci, tidak suka karena iri yang
amatsangat kepada keberuntungan orang lain. Secara istilah adalah usaha
seseorang untuk mempengaruhi orang lain supaya tidak senang terhadap orang yang
memperoleh keberuntungan atau karunia Allah SWT. Hasad biasanya timbul karena
adanya permusuhan dan persainagn untuk saling menjatuhkan. Hasad merupakan
penyakit rohani yang sangat berbahaya, karenanya harus dijauhi. Apabila
dibiarkan, akan dapat merusak dan menghilangkan semua amal kebaikan seseorang. Orang
yang dengki menyimpan sifat rakus, tamak,dendam, serta rasa permusuhan. Pendengki
selalu gelisah karena hatinya tidak rela jika melihat oranglain mendapat
kenikmatan dari Allah swt. Hal ini akan membahayakan kesehatan rohani maupun
jasmani.
Nabi Muhammad saw bersabda :
Artinya: “dari Abu Hurairah r.a.
Rasulullah saw. bersabda: “Jauhkanlah dirimu dari sifat hasad karena
sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan, ibarat api yang membakar kayu” (H.R.
Abu Dawud )
Hadist
diatas memberikan pelajaran dan mengingatkan kepada kita, betapa kejinya sifat
hasad. Hasad tumbuh di hati seseorang apabila ia tidak senang kepada
keberhasilan orang lain. Sikap ini biasanya di dahului oleh sikap yang
menganggap dirinya paling hebat dan paling berhak mendapatkan yang terbaik
sehingga jika melihat ada orang lain yang kebetulan beruntung, maka ia merasa
disaingi.
Jadi,
pada dasarnya hasad ini juga berasal dari sikap membesarkan diri atau sombong.
Apabila penyakit hasad (dengki) telah menghinggapi seseorang, maka akan timbul
perilaku yang berbahaya, sehingga dapat menghancurkan nama baik diri-pribadi,
orang tua, keluarga, dan sekolah.
Contoh
perilaku hasad antara lain :
a. Tidak mnsyukuri setiap nikmat yang
diberikan Allah SWT kepada kita.
b. Tidak senang atas keberhasilan atau
kebahagiaan orang lain.
c. Tertawa diats penderitaan orang
lain.
d. Rasa tidak percaya diri atas
kekurangan ataupun kelebihan yang kita miliki.
e. Timbulnya keinginan untuk mencelakan
orang lain.
Cara menghindari perialku hasad :
a. Berusaha untuk mensyukuri setiap
nikmat yang diberikan Allah SWT.
b. Menyadari bahwa perilaku hasad
sangat berbahya dan harus dijauhi.
c. Menyadari bahwa perilaku hasad dapat
menghapus segala kebaikan yang telah dilakukan apabila masih suka menghasud.
d. Berpikir positif atas segala
kejadian yang menimpa kita.
e. Tetap percaya diri dan optimis
dengan kekurangan yang kita miliki.
2.5 Namimah
(Mengadu Domba)
Secara
bahasa, namimah berarti mengadu domba. Secara istilah, namimah berarti mengadu
domba atau menyebar fitnah antara seseorang dengan orang lain dengan tujuan
agar saling bermaafan. Menurut Imam Zakaria Yahya bin Syarfin Nawawi dalam
kitab Riyadus salihin, namimah didefinisikan sebagai berikut :
“Namimah adalah merekayasa omongan untuk menghancurkan sesame manusia”.
Namimah termasuk perbuatan tercela yang harus kita hindari dalam
kehidupan sehari-hari, sebagaimana larangan Allah SWT dalam Al Quran :
Artinya : “Dan janganlah engkau patuhi orang yang suka bersumpah
dan suka menghina, suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah, yang
merintangi segala yang baik, yang melampaui batas dan banyak dosa, yang
bertabiat kasar, selain itu juga terkenal kejahatannya, karena dia kaya dan
banyak anak”.
(QS. AL Qalam: 10-14)
Hadist nabi Muhammad saw juga mengancam bagi orang yang berperilaku
namimah tidak akan masuk surga.
“Dari Khuzaifah r.a. ia mendengar bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba (menebar fitnah)”. (H
Muttfaqun ‘Alaihi)
Dalam hadist lain, nabi Muhammad saw bersabda sebagai berikut :
“Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya Rasulullah saw melewati dua makm
(kuburan) lalu Nabi bersabda: “Sesungguhnya dua orang yang ada di kubur ini
disiksa. Salah seorang di antaranya disiksa karena selalu mengadu domba
(menebar fitnah) dan yang satu lagi karena tidak bersih ketika bersuci (dari
buang air kecilnya)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari
dalil-dalil diatas menunjukkan betapa besar dosa orang yang mengadu domba
(memfitnah). Sebab dengan adu domba, seseorang dapat saling bertengkar,
membunuh, bahkan berlanjut dengan permusuhan yang berkepanjangan antarkeluarga,
dan antarkelompok. Oleh karena itu, jangan suka mengadu domba (memfitnah)
dengan sesamanya.
Contoh perbuatan namimah antara lain
sebagai berikut :
a.
Mempunyai
maksud yang tidak baik terhadap orang lain terutama orang yang sedang diadu
domba.
b.
Terlalu
mudah percaya pada orang lain tanpa mengetahui kebenarannya.
c.
Suka
berkumpul/menggosip.
d.
Menjadi
provokator
Di antara cara menghindari perilaku
namimah sebagai berikut :
a.
Menyadari
bahwa perilaku namimah menyebabkan seseorang tidak masuk surga meskipun rajin
beribadah.
b.
Jangan
mudah percaya pada seseorang yang memberikan informasi negatif tentang orang
lain
c.
Menghindari
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku namimah, seperti berkumpul
tanpa ada tujuan yang jelas, menggosip, dan lain-lain.
Maka
dari itu, kita sebagai manusia yang beragama janganlah mendekati perbuatan
perbuatan tercela diatas karena akamn merusak aqidah dan akhlak kita. Dan agar
kita bias selamat dunia dan akhirat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan dari referensi yang kami baca, maka dapat di simpulkan
bahwa didalam diri manusia terdapat dua sifat, yaitu sifat terpuji dan sifar
tercela. Namun pada makalah ini kami hanya membahas tentang sifat tertcela yang
di larang dalam islam. Banyak sekali sifat-sifat tercela yang ada tetapi kami
hanya mengambil beberapa diantaranya adalah buruk sangka, gibah, boros, hasad,
dan namimah. Perilaku tercela merupakan perilaku yang sangat di benci oleh
Allah Swt dan Nabi Muhammad saw karena sifat ini dapat merusak jasmani dan
rohani dari orang yang melakukan sifat tercela tersebut. Allah telah berfirman
di dalan kitab suci al-Qur’an dan Rasulullah saw pun telah bersbda lewat
hadist-hadistnya untuk menjauhi sifat tercela tersebut. Karena sifat tercela
dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
3.2 Saran
Sebaiknya
kalian menjauhi sifat-sifat tercela tersebut, karena dapat merusak aqidah kita.
Dan agar kita bisa selamat dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Syafe’I Rachmat.2000. Al-hadis(Aqidah,Akhlak,Sosial dan Hukum.) Bandung. CV Pustaka Setia
An-Nawawi.2001.Terjemahan Hadits Arba’in. Jakarta.Al-I’tishom Cahaya Umat. blogspot.com/2011/06/hadits-tentang-buruk-sangka
Kamarudin.
2011. Makalah Perilaku Tercela.
http//perilakutercela.com/. Di akses pada tanggal 23 Oktober 2013
Lumrisaja.
2010. Perilaku Tercela. http://lumrisaja.blogspot.com/p/perilaku-tercela.html. Di akses tanggal 25 Oktober 2013
Effendy,
Mochtar. 2001. Ensiklopedi Agama dan Filsafat. Palembang: PT Widyadara.
Bahreisy,
Salim. 1987. Tarjamah Riadhus Sholihin II.Bandung: PT Alma Arif Bandung.
Al-'Adawy,
Musthafa. 2006.Fiqih Akhlak.Jakarta: Qisthi Press.
http://organisasi.org/allah-swt-melarang-perbuatan-boros-pemborosan-larangan-agama-islam
No comments:
Post a Comment
Mohon Berkomentar dengan Bahasa yang Sopan. Kritik dan Saran Sangat diperlukan untuk Memajukan Blog ini terimakasih :D